GANTARIPRO.ID – Bangunan legendaris Toko Merah di kawasan Kota Tua kini sudah bisa dikunjungi masyarakat. Gedung bersejarah ini telah diubah menjadi kafe yang kekinian dengan konsep vintage.
Bagi masyarakat dan wisatawan dari luar daerah, bangunan ini kerap dijadikan latar berswafoto yang Instagramable. Di samping Toko Merah, nama bangunan ini punya nama lain, yaitu RODE Winkel.
Mempertahankan eksterior dan interior bangunan khas Toko Merah, kafe ini menghidangkan berbagai pilihan minuman kopi dan juga masakan Nusantara. Bagi yang pernasaran, bisa mencoba langsung dengan datang ke Toko Merah di Jalan Kali Besar Barat No.11, Pinang Siang No.3, Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Penasaran, seperti apa Toko Merah yang kini disulap jadi kafe estetik? Berikut ulasannya dirangkum pada Rabu (15/11/2023).
Memasuki pintu masuk Toko Merah atau RODE Winkel, pintu dan pilar bangunannya terlihat sangat megah dan kokoh. Di sudut kafe terdapat lemari kayu besar yang melengkapi furniture yang terdapat di dalamnya sedangkan pada bagian langit-langit, juga masih mempertahankan susunan kayu-kayu besar, yang buat suasana makin autentik.
Di bagian dalamnya juga dilengkapi dengan mesin pendingin ruangan, serta fasilitas berupa wifi dan meja dengan ukuran besar. Sangat cocok bagi Anda yang ingin melakukan Work From Cafe alias WFC.
Toko Merah awalnya adalah tempat tinggal yang didirikan pada 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff saat menjabat sekretaris II Hooge Regering (pemerintahan tinggi) merangkap water fiscal (kepala urusan pabean).
Dibalik bangunannya yang kokoh tak sedikit pun termakan oleh zaman, Toko Merah ini ternyata menyimpan sejarah atau cerita kelam dibaliknya. Sebagian orang memercayai sebutan Toko Merah ini merujuk pada warna bangunan yang berwarna merah. Namun banyak pula yang mengatakan nama tersebut diambil setelah peristiwa pilu, Geger Pecinan.
Saat kejadian itu, menelan sekitar 24 ribu korban, yang merupakan orang-orang Tionghoa. Mereka dibantai secara bengis oleh parajurit VOC atas perintah Gubernur Jenderal Adrian Valckenier, pada 1740. Saking banyaknya korban yang berjatuhan dan bersimbah darah, sampai membuat warna kali besar berubah merah pekat.