GANTARIPRO.ID, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia menggunakan rudal balistik jarak pendek (SRBM) dari Korea Utara (Korut) untuk menyerang Ukraina baru-baru ini. Rusia menggelar serangan besar-besaran pada Jumat pekan lalu, menargetkan seluruh kota Ukraina.
Juru Bicara Penasihat Keamanan Nasional AS John Kirby, mengutip data intelijen, mengatakan pengiriman senjata Korut ke Rusia meningkatkan eskalasi secara signifikan serta mengkhawatirkan. AS akan menjatuhkan sanksi tambahan kepada pihak-pihak yang memfasilitasi kesepakatan senjata tersebut.
“Informasi kami menunjukkan Republik Demokratik Rakyat Korea (nama resmi Korut) baru-baru ini memberikan Rusia peluncur rudal balistik dan beberapa rudal balistik,” kata Kirby, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/1/2024).
Menurut Kirby, pasukan Rusia pada 30 Desember lalu meluncurkan setidaknya satu dari rudal balistik Korut ke Ukraina. Rudal tersebut mendarat di lapangan terbuka.
Kemudian pada Selasa (2/1/2024) Rusia meluncurkan beberapa rudal Korut sebagai bagian dari serangan udara besar-besaran ke Ukraina. AS masih mendalami dampak dari serangan rudal-rudal Korut tersebut.
Rusia dan Ukraina membantah melakukan kesepakatan senjata apa pun, meski kedua negara berjanji memperdalam hubungan militer.
Penggunaan rudal tersebut juga mendapat kecaman dari Inggris dan Korea Selatan (Korsel). Korsel sudah mencurigai sejak November lalu bahwa Korut memasok SRBM ke Rusia sebagai bagian dari kesepakatan senjata. Kesepakatan itu juga mencakup rudal anti-tank, rudal anti-udara, artileri dan mortir, serta senapan.
Rusia baru-baru ini melancarkan serangan besar-besaran ke Ukraina, bahkan paling masif sejak invasi pada Februari 2022. Serangan itu diduga sebagai pembalasan atas gempuran terhadap pangkalan di Feodosai, Krimea, yang menghancurkan satu kapal perang Rusia.
Ukraina menyatakan, Rusia telah meluncurkan lebih dari 300 drone kamikaze dan berbagai jenis rudal ke kota-kota seluruh Ukraina sejak Jumat pekan lalu.