GANTARIPRO.ID – Situasi di ibu kota Sudan, Khartoum terpantau lebih tenang pada Sabtu (27/5/2023) atau hari ke-5 gencatan senjata. Sayangnya bantuan kemanusiaan yang dijanjikan untuk jutaan orang yang terperangkap di ibu kota.
Saksi mata mengatakan, tetap ada bentrokan sporadis pada malam hari. Media Teluk Al-Arabiya melaporkan, beberapa bentrokan pecah di Khartoum barat laut dan Omdurman selatan, sebuah kota yang berdekatan dengan ibu kota.
Mereka yang tetap tinggal di Khartoum kini berjuang dengan kacaunya layanan umum seperti jaringan listrik, air dan telepon. Para penjarah telah menggeledah rumah-rumah, sebagian besar di lingkungan orang kaya.
Polisi Sudan juga mengatakan, mereka memperluas penempatan personel. Mereka bahkan meminta bantuan petugas pensiunan untuk mengamankan wilayah.
“Lingkungan kami telah menjadi zona perang. Layanan telah runtuh dan kekacauan menyebar di Khartoum,” kata Ahmed Salih 52 tahun, seorang penduduk kota.
Salih merasa tidak ada yang peduli untuk membantu rakyat Sudan, baik pemerintah maupun internasional.
“Kami adalah manusia, di mana kemanusiaannya?” dia menambahkan.
Gencatan senjata antara pihak yang bertikai, tentara Sudan dan kelompok paramiliter RSF bertujuan untuk mengamankan jalur yang aman bagi bantuan kemanusiaan. Langkah ini tercapai dengan bantuan Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Gencatan senjata dilakukan selama tujuh hari. Kesepakatan itu dicapai Sabtu (20/5/2023) dan ditandatangani pada malam harinya.
Dalam pernyataan bersama antara Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi yang menjadi penengah mengatakan, kesepakatan akan dimulai Senin (22/5/2023) pukul 21.45 waktu Khartoum.